Sejarah Desa

Dahulu kala hiduplah seorang yang bernama Kyai Embo, Ia hidup sebagai petani. Dalam menanam padi di sawah dibutuhkan air yang sangat melimpah. Maka dari itu, Kyai Embo bermaksud membuat saluran air yang bersumber dari Kali Lojahan. Sebelum dimulai pembuatan saluran air, Kyai Embo bertapa untuk memohon kekuatan dan petunjuk kepada Sang pencipta alam.

Dalam pertapaan tersebut Kyai Embo mendapat pengawasan dari Kyai Singo Rangu, ternyata dalam pertapaan tersebut Kyai Embo tidak berbaring atau bahkan tertidur. Maka, oleh Kyai Singo Rangu kyai Embo diberi julukan sebagai Kyai Koro Jonggol yang sampai sekarang petilasannya masih ada. Setelah menyelesaikan pertapaan, Kyai Embo mulai membuat saluran air.

Setelah pekerjaan hampir selesai, terjadilah persengketaan dengan orang-orang dari utara yang sekarang menjadi Desa Kreyo, karena berebut untuk mengambil sumber air dari kali Lojahan dalam satu tempat yang sama. Persengketaan antara Kyai Embo dan orang-orang dari utara dapat didamaikan oleh Kyai Sarinten karena persengketaan itu terjadi di daerah Kyai Sarinten yang pada akhirnya digunakan untuk bersama. Saluran tersebut diberi nama Brayo yang artinya “brayan bareng-bareng”. Maka sejak itulan desa ini diberi nama Desa Brayo.

Setelah meninggal Kyai Embo dimakamkan di Desa Brayo dan sekarang lebih dikenal dengan nama Syekh Syarif Abdurrohman oleh masyarakat Desa Brayo. Makam tersebut masih dirawat dan dilaksanakan khaul setiap satu tahun sekali.